Sabtu, 09 September 2017
Demo yang diselenggarakan di depan kedubes Myanmar dan Kemenlu
Demo hari ini yang diselenggarakan di depan kedubes Myanmar dan Kemenlu akhirnya dilaksanakan dan menurut informan yang berkantor di daerah Bundaran HI, aksi ini ‘lumayan’ ramai.
Simpati para laskar berhasil dimunculkan, setelah begitu lama kendor karena kasus-kasus yang tidak jelas.
Awalnya aksi ini dimulai dengan begitu megah, dengan mengatasnamakan seluruh umat Islam yang ada di seluruh dunia,
bahkan bisa menghadirkan 7 juta umat di sekitaran Jalan Medan Merdeka.
Mereka menuntut untuk Ahok dipenjarakan dan diadili.
Lama kelamaan aksi tersebut menjadi memudar dan menjadi sangat sepi.
Bahkan sempat nyaris ditutup dengan aksi kumpul koin untuk Komnas HAM.
Mereka ingin Rizieq Shihab, imam besar FPI yang sekarang nun jauh disana untuk dihentikan proses hukumnya sebagai tersangka kasus sex chat.
Akhirnya hari ini, di angka keramat 69, mereka berdemo.
Angka 69 untuk beberapa manusia rasanya tidak ada apa-apanya.
Angka itu hanya satu kurangnya dari 70 dan satu lebihnya dari 68.
Namun untuk para laskar yang imam besarnya terkena kasus sex chat dengan Firza Husein, ini adalah angka yang ‘bukan permainan’ saudara-saudara.
Mengatasnamakan agama, mereka datang berkumpul di depan dubes Myanmar dan menginjak-injak bendera Myanmar.
Bahkan manusia pengecut dengan followers jutaan bernama Jonru mengharapkan Jokowi mengusir dubes Myanmar dari Indonesia.
Sebenarnya tidak ada urusannya antara dubes Myanmar dengan Jonru,
namun memang dasar ‘manusia ini’ sudah mulai ketakutan dan menjerit-jerit karena digertak oleh Akbar Faisal, orang ini mulai berjaga-jaga.
Jika kita ingin melihat perkataan aslinya, sebenarnya Jonru mulai menjilat-jilat Pak De, dengan mengatakan pemerintah Indonesia sudah membantu Rohingya.
Padahal sudah jelas, bahwa bantuan Indonesia kepada etnis Rohingya ini sudah berjalan selama satu tahun.
Maka dapat disimpulkan bahwa Jonru menjilat Pak De karena ia ketakutan. Fix.
Bahkan ia sampai menendang Razman sebagai pengacaranya, karena Razman dianggap bukan papan atas.
Ia malah mengundang pengacara-pengacara yang berafiliasi dengan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yaitu Bang Japar.
Rasanya Bang Japar lebih mengerikan, karena sejatinya mereka merupakan sekumpulan orang yang mendukung Anies Sandi, dan tentunya Prabowo.
Nah, jangan main-main jika kita sudah bicara mengenai Prabowo. Kembali ke nomor togel eksotis. Angka 69 dikenal dengan angka yang dianggap ‘eksotik dan erotik’.
Lucu sekali jika mereka menggunakan angka-angka cantik untuk mendemo sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu jelas.
Mengapa harus mendemo ke kedubes Myanmar? Kita tahu bahwa polemik di negara itu sangatlah rumit.
Ternyata beberapa media pemberitaan mainstream pun memberikan penjelasan yang cukup detail bahwa isu Rohingya itu bukan bicara tentang konflik agama.
Wahai pembaca Seword, percayalah isu ini bukan konflik agama.
Jika saya boleh menyederhanakan, etnis Rohingya ini merupakan kelompok separatis di daerah Myanmar, bahkan beberapa kelompok di dalam etnis memiliki senjata.
Nah ini yang seharusnya dibukakan. Namun para laskar nomor togel 69 ini malah mengait-ngaitkannya kepada isu agama.
Bahkan ada sebuah kelenteng yang diserbu dan dilempari batu oleh laskar nomor togel tersebut.
Hal ini perlu diperhatikan bahwa agama bukanlah menjadi hal utama. Berita-berita hoax pun disebarkan oleh pasukan-pasukan cyber yang tidak jelas.
Foto-foto misleading pun diberikan untuk menarik perhatian para warga.
Hoax-hoax yang ada dilancarkan bahkan oleh manusia-manusia sekelas Tifatul Sembiring.
Fadli Zon pun ikut mencibir pemerintah Indonesia yang dianggap tidak perduli Rohingya dengan pertanyaan yang berbau SARA.
Rasanya tidak berlebihan jika kita berkesimpulan bahwa orang-orang ini takut dengan Pak De, namun tidak menemukan cara-cara untuk menjatuhkan Pak De.
Maka mereka harus mengimpor isu-isu kemanusiaan dari luar negeri untuk menjatuhkan Pak De.
Inikah yang menjadi mentalitas bangsa Indonesia? Jangan sampai Indonesia dirongrong oleh kaum 69 yang dikendalikan oleh berita-berita hoax yang disebarkan oleh Jonru, Tifatul, dan Fadli Zon.
Ketiga orang ini harus diakui, memiliki pengaruh yang cukup besar di Indonesia. Mereka adalah pegiat sosial media dan wakil rakyat.
Jika orang-orang penting ini menyebarkan hoax, maka benarlah yang dikatakan oleh Rocky Gerung bahwa ‘pembuat hoax terhebat adalah pemerintah’.
Kata pemerintah saya ganti dengan ‘orang penting’.
0 komentar:
Posting Komentar